Ilmu S2-nya Dipertanyakan Usai Jadi Seorang Ibu, Tasya Kamila: Salah dengan Ibu Berpendidikan?
Tasya Kamila dikenal sebagai figur publik yang berprestasi. Penyanyi yang terjun ke industri hiburan sejak kecil ini dikagumi banyak pihak dari karya-karya yang dihasilkan. Apalagi, diketahui Tasya memiliki catatan baik di bidang akademik.
Namun, baru-baru ini istri Randi Bachtiar tersebut mengungkapkan
pengalaman saat dirinya mendapat komentar negatif. Melalui laman Instagram
resminya, Tasya buka suara perihal tudingan ilmu yang sia-sia hingga
beasiswa LPDP yang diberikan oleh pemerintah. Bagaimana tanggapan Tasya
Kamila, yuk langsung simak uraiannya di bawah ini!
Setelah lulus S2 dan menikah, Tasya Kamila memilih menjadi ibu rumah
tangga. Keputusan ini sempat menjadi sindiran banyak pihak
Baru-baru ini Tasya menceritakan pengalaman kurang menyenangkan soal
keputusannya menjadi seorang ibu. Hal ini diungkapkan perempuan berusia
29 tahun tersebut di laman Instagram, terlihat ia mengunggah cuplikan
video beserta komentar warganet yang mencibir soal beasiswa S2 ke
Amerika Serikat. Dalam keterangan tertulis “Sefruit unek-unek”.
Cerita diawali saat Tasya lulus S2 dari Columbia University pada 2018,
tak lama ia pun memutuskan untuk menikah sebelum akhirnya dikarunia
putra pertama. Saat mengandung, ia sempat mendapat pertanyaan “Tasya
gimana sekarang kamu hamil ngerasa sia-sia nggak pendidikannya?”.
Mendengar pertanyaan itu membuat ia kaget dan merasa kecewa. Apalagi hal
semacam ini bukan pertama kalinya terjadi. Tasya kemudian meluruskan
jika nggak ada yang salah menjadi seorang ibu dengan pendidikan tinggi.
“Emang ada yang salah ya, sama ibu yang berpendidikan? atau orang yang
berpendidikan kemudian memutuskan untuk menjadi ibu. Ini beberapa kali
sih, sering juga ditanyain kayak ‘pendidikannya sia-sia dong kemarin
kuliah di luar negeri ujung-ujungnya jadi ibu, urus anak’,” paparnya
dikutip Hipwee dari Volix, Minggu (5/12).
Ia lantas menjelaskan bahwa mengurus rumah tangga itu bukan hanya
tanggung jawab perempuan, melainkan ada tanggung jawab laki-laki atau
suami di sana. Ia bingung dengan stigma demikian yang kerap
dititikberatkan pada wanita.
“Padahal kan, sebenarnya aku mah itungannya ibu yang bekerja juga
walaupun nggak ngantor yak. Itu tuh rasanya asli deh benar-benar bikin
aku terluka,” sambungnya.
Bukan hanya itu, Ibu Arrasya ini juga sering dapat cibiran soal
kontribusi untuk negara usai mendapat beasiswa LPDP
Selama ini hanya dipendam dan biarkan, Tasya Kamila jelaskan soal
beasiswa yang ia dapat untuk melanjutkan studi masternya di Columbia
University. Ia menjelaskna bahwa beasiswa LPDP nggak menjabarkan secara
spesifik apa bentuk pengabdian pada negara yang harus dilakukan
penerimanya setelah lulus.
“Aku rasa ini karena mereka paham bahwa tiap orang memiliki cara dan
kapasitasnya masing-masing untuk berkontribusi dan mengabdi pada negara
dengan menggunakan keilmuan mereka dapatkan saat sekolah. Jalurnya bisa
macam-macam, pemerintahan, swasta, organisasi, komunitas, dll,”
terangnya.
Merasa perlu pembuktian kepada warganet yang mencibir, Tasya pun
membeberkan satu per satu pencapaian yang diberikan kepada negara.
“Jadi jembatan antar policymakers, decisionmakes dan publik. Terlibat
langsung dalam industri kreatif Indonesia. Bikin gerakan, project,
fasilitas, sarana edukasi untuk mendukung kelanjutan lingkungan hidup,
terlibat dalam kegiatan youth empowerment, ngajar anak-anak SMA melalui
aplikasi ed-tech. Magang di kementerian & lembaga pemerintahan plus
terlibat di organisasi internasional,” tutur Tasya.
Tasya juga menegaskan bahwa selama studi di Amerika Serikat ia
benar-benar total memberikan fisik, mental dan pikirannya untuk belajar.
Bahkan, ketika ayahnya meninggal dunia ia tak bisa balik ke Indonesia
karena masih ada tugas yang perlu diselesaikan.
Pelantun lagu “Anak Gembala” ini menekankan publik untuk fokus kepada
diri sendiri, jangan terlalu mengurusi tindakan orang lain padahal jika
diberikan pertanyaan semacam itu juga belum tentu bisa menjawabnya.
Menurut Tasya, hasil pencapaiannya ini memang belum terasa. Namun, ia
selalu berusaha dengan maksimal untuk kebaikan, kemajuan, dan
keberlanjutan Indonesia.
“So, percaya deh, rezeki yang aku dapetin nggak akan mengurang rezekimu
atau rezeki orang lain kok. Lebih baik kita pikirin dan lakuin apa yang
KITA SENDIRI bisa berikan untuk bangsa ini. Semangat!!!,” tutupnya.
(*)