Skip to main content

Ini Wajah Asli Pesulap Merah, Netizen: Masya Allah


Nama Pesulap Merah sudah tak asing lagi di telinga. Sebelum perseteruan dengan Gus Samsudin, ia juga beberapa kali kerap mendapatkan kecaman karena membongkar trik-trik sulap hingga perdukunan.

Ia juga beberapa kali hadir di podcastnya para artis seperti podcast milik Denny Sumargo, Deddy Corbuzier, dan lainnya.

Diketahui memang Pesulap Merah kerap kali mengenakan pakaian serba merah dengan mengenakan wig dengan warna senada. Netizen pun penasaran dengan wajah aslinya tanpa menggunakan wig.

Ternyata, aura tampannya lebih muncul ketika tidak mengenakan wig lho. Penasaran dengan wajah aslinya? Simak potretnya di bawah ini wajah asli Pesulap Merah alias Marcel Radhival.

Lebih tampan tanpa wig


Beberapa waktu lalu Pesulap Merah membongkar wajah aslinya sendiri. Diketahui memang dirinya kerap mengenakan serba merah. Dalam kanal YouTubenya Marcel Radhival, ia pun berani membuka wig merahnya. Banyak netizen yang kagum karena wajahnya lebih tampan tanpa wig.

“Cakep banget aslinya pesulap merah. Masya Allah.. Tabarakallah. Pinter, Soleh, semoga selalu sukses dalam lindungan Allah Subhanahu wata'ala. Aamiin,”komentar netizen pada unggahan kanal YouTubenya.

Kenakan hoodie saat santai


Ia mengaku jika dirinya tak melakukan aktivitas bekerja, Marcel Radhival sering mengenakan pakaian kaos, hoodie, kacamata, dan juga topi.

Tetap berkostum merah saat bikin konten


Meski saat keluar rumah mengenakan baju santai, namun saat dirinya membuat konten atau sedang bekerja menjadi narasumber, ia tetap mengenakan pakaian khasnya agar selalu diingat bahwa ciri khas atau karakter dari Pesulap Merah yaitu mengenakan wig dan pakaian serba merah.

Akui ekonomi sulit


Kehidupan Marcel Radhival memang banyak yang tak mengetahuinya. Ia mengaku jika dulunya ia lahir dari keluarga yang sederhana dan ekonominya sulit.

Bahkan, saat masa sekolahnya ia tak pernah main bersama teman, ataupun nongkrong-nongkrong. Ia lebih memilih untuk diam di rumah.

Namun, Ketika ia punya uang sedikit, ia ke warnet untuk mencari info tentang pelatihan gratis, hingga ikut komunitas. Ia pun berpikir jika uang yang ia punya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kehidupannya, dan tidak untuk main-main.

Ketika dirinya tak sanggup membayar tiket seminar, ia rela menukar waktunya dengan menjadi kru acara. Ia pun menghubungi contact person acara dan menawarkan diri jadi kru.

Kesempatan itulah ia dapat mendengarkan para pembicara atau narasumber seminar, meskipun disana ia bukan menjadi peserta melainkan kru yang duduk paling belakang. Dari situlah ilmu yang ia pelajari lewat seminar, pelatihan, bisa dibagikan kepada masyarakat.

Sumber : viva.co.id

(*)
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar